-->
Doa Pagi dan Petang (dibaca 3 kali)
اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ سِمْعِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ لَااِلهَ الِاَّ اَنْتَ
"Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada badanku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada pendengaranku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada penglihatanku, tiada Ilaah yang layak untuk diibadahi kecuali Engkau".
(Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 4/324 dan Ahmad: 5/42)

Senin, Oktober 14, 2013

Membenahi Motivasi Berqurban dan Berhaji

Khutbah Iedul Adha
"Membenahi Motivasi Berqurban dan Berhaji"

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

الله أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحم
Di hari ‘Idul Adha ini, tanggal 10 Dzulhijjah 1434 H ini, berjuta-juta kaum Muslimin dari segala penjuru dunia terhampar di padang ‘Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Inilah hari besar kemanusiaan dan keimanan, yang ditandai dengan syi’ar penyembelihan hewan kurban, untuk mengenang peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam setelah beliau menerima wahyu llahy melalui mimpi, yang memerintahkan beliau menyembelih puteranya, Ismail.
Seorang ayah yang sudah berusia lanjut, dan sedang mencurahkan kerinduan hatinya, harapan pun tertumpah pada kader muda penerus risalahnya, sekaligus putera beliau yang sedang menanjak dewasa. Dalam keadaan demikian, datanglah perintah Allah untuk menyembelih putera kesayangan dan satu-satunya itu. Sungguh ujian keimanan yang amat sukar dan berat dilaksanakan, bahkan tidak terbayangkan dari segi kemanusiaan.

Ketika Nabi Ibrahim bersiap-siap hendak menyembelih putera kesayangannya, dengan pisau tergenggam di tangan, dan Ismail pun siap menyerahkan lehernya, tiba-tiba terdengar panggilan Allah:

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ - قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ - إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ - وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Maka Kami berseru kepadanya: “Wahai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpimu. Sungguh Kami akan memberi pahala kepada orang-orang yang beramal shalih.” Sungguh perintah Allah kepada Ibrahim itu merupakan satu ujian keimanan yang sangat jelas. Kami ganti Ismail dengan seekor domba yang sangat besar.” [Ash-Shaffat, 37: 104-107]

Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para Nabi itu sadar, ternyata Allah Yang Maha Rahman sedang menguji keimanannya. Apakah rasa sayang dan kecintaan kepada putera lelakinya, menghalanginya untuk menaati perintah Allah? Tekadnya bulat, tidak ada kebimbangan maupun keraguan, perintah Allah wajib dijalankan apapun resiko serta pengorbanan yang mesti diberikan. Nabi Ibrahim, akhirnya lulus menghadapi ujian Ilahy.

Keikhlasan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan syari’at Allah sekalipun  dengan mengorbankan harta, jiwa, bahkan putera kesayangannya. Dan kesetiaan Ismail untuk menaati ayahandanya dalam rangka melaksanakan Syari’at Allah, walau harus menyerahkan nyawanya sendiri, terpancar melalui pernyataan spektakuler dan inspiratif berbasis tauhid.

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ  
“Ismail berkata: “Wahai ayahku tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” [Ash-Shaffat, 37: 102]

Selengkapnya download dari [...::| SINI |::...]

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Mari jadi yang pertama untuk berkomentar di posting ini!

 
back to top