-->
Doa Pagi dan Petang (dibaca 3 kali)
اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ سِمْعِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ لَااِلهَ الِاَّ اَنْتَ
"Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada badanku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada pendengaranku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada penglihatanku, tiada Ilaah yang layak untuk diibadahi kecuali Engkau".
(Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 4/324 dan Ahmad: 5/42)

Kamis, November 26, 2009

SILABUS DAN RPP MTs/SMP BERKARAKTER

Terima kasih telah berkunjung ke blog Areefah Haurgeulis.
Dan mohon maaf untuk artikel Silabus dan RPP MTs/SMP Berkarakter, link downloadnya telah kami hapus, dan selanjutnya silahkan anda ikuti link berikut ini:

Silabus dan RPP Kurikulum 2013 untuk MTs/SMP


============kadaluarsa:
Cara mendownload Silabus dan RPP PAI Berkarakter untuk MTs atau Silabus dan RPP Berkarakter untuk MTs/SMP adalah dengan menge-klik Kelas untuk dokumen yang Anda perlukan. Misalnya Anda mau download Silabus Fiqih Kelas 8, maka klik Kls8 .

A. SILABUS DAN RPP PAI MTs BERKARAKTER
  • Silabus PAI Berkarakter
  1. Silabus Akidah Akhlak [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  2. Silabus Al-Quran Hadits [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  3. Silabus Fiqih [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  4. Silabus S K I [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  5. Silabus Bahasa Arab [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]   
  • RPP Berkarakter
  1. RPP Akidah Akhlak [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  2. RPP Al-Quran Hadits [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  3. RPP Fiqih [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  4. RPP S K I [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  5. RPP Bahasa Arab [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]  

B. SILABUS & RPP MTs/SMP BERKARAKTER

  • Silabus Berkarakter MTs/SMP
  1. Silabus PAI Berkarakter [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  2. Silabus PKn [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  3. Silabus Bahasa Indonesia [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  4. Silabus Bahasa Inggris [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  5. Silabus Matematika [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  6. Silabus IPA [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  7. Silabus IPS [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  8. Silabus SBK [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  9. Silabus PJOK [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  • RPP Berkarakter MTs/SMP
  1. RPP PAI Berkarakter [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  2. RPP PKn [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  3. RPP Bahasa Indonesia [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  4. RPP Bahasa Inggris [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  5. RPP Matematika [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  6. RPP IPA [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  7. RPP IPS [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  8. RPP SBK [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]
  9. RPP PJOK [ Kls-VII | Kls-VIII | Kls-IX ]

[ MOHON MAAF LINK DOWNLOAD DARI ZIDDU SUDAH TIDAK BERLAKU, JADI SEMUA LINK UNTUK SEMUA FILE DI ATAS SEMENTARA DIHAPUS! ]


    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

    Rabu, November 25, 2009

    MODEL MICRO TEACHING GURU TELADAN


    Kegiatan mengajar anak-anak baik di sd/mi, smp/mts, or sma/ma memang mengasyikkan.....namun terkadang anak-anak acuh-tak acuh ketika mereka di kelas dan pembelajaran tengah berlangsung. Mengapa demikian ?

    Permasalahan di atas terjadi karena penyampaian kita dalam pandangan mereka membosankan, begitu-begitu doang (هُوَ هُوَ), kalau saja cara kita mengajar "yang monoton" dirubah "sedikit saja", insya Allah anak-anak tidak acuh tak acuh lagi.

    Mo coba....berubah ?????
    Silahkan dicoba ea kang, nah untuk mendukung spirit si akang dalam melakukan perubahan cara mengajar silahkan download yang berikut :



    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

    SILABUS DAN RPP SD/MI BERKARAKTER

    DOWNLOAD Silabus & RPP PAI MI Berkarakter; Silabus & RPP Tematik SD/MI Berkarakter; Silabus dan RPP SD/MI Berkarakter (lengkap semua Mata Pelajaran).

    Semuanya disediakan FREE untuk rekan-rekan guru yang mungkin dalam kesehariannya kurang memiliki kesempatan waktu untuk menyusunnya.


    Monggo DOWNLOAD saja Pak/Bu Guru !
    :::: KLIK KLS-nya untuk Mendownload ::::::


    :::::A. Silabus dan RPP PAI MI Berkarakter
    • Silabus PAI MI Berkarakter
    1. Silabus Akidah Akhlak MI~> | Kls-IV | Kls-V Kls-VI |
    2. Silabus Al-Quran Hadits MI~> | Kls-IV | Kls-V Kls-VI |
    3. Silabus Fiqih MI~> | Kls IIIKls-IV | Kls-V Kls-VI |
    4. Silabus S K I MI~> | Kls IIIKls-IV | Kls-V Kls-VI |
    5. Silabus Bahasa Arab MI~> | Kls-IV Kls-V Kls-VI |
    •  RPP PAI MI Berkarakter
    1. RPP Akidah Akhlak MI~>  | Kls-IV Kls-V Kls-VI |
    2. RPP Al-Quran Hadits MI~> | Kls-IV | Kls-V Kls-VI |
    3. RPP Fiqih MI~> | Kls-IV | Kls-V Kls-VI |
    4. RPP S K I MI~> | Kls-IV Kls-V Kls-VI |
    5. RPP Bahasa Arab MI~> | Kls-IV Kls-V Kls-VI |


    -->

    :::::B. Silabus dan RPP Tematik SD/MI Berkarakter
    • Silabus Tematik Berkarakter
    1. Download Silabus Tematik Kelas I
    2. Download Silabus Tematik Kelas II
    3. Download Silabus Tematik Kelas III
    • RPP Tematik Berkarakter
    1. Download RPPTematik Kelas I
    2. Download RPP Tematik Kelas II
    3. Download RPP Tematik Kelas III


    :::::C. Silabus dan RPP  SD/MI Berkarakter (Lengkap)
    •  Silabus SD/MI Berkarakter
    1. Silabus PAI~> | Kls -I |Kls II | Kls-III |Kls-IV |Kls-V | Kls-VI |
    2. Silabus PKn~> | Kls-IV | Kls-V |Kls-VI |
    3. Silabus Bahasa Indonesia~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    4. Silabus Matematika~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    5. Silabus IPA~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    6. Silabus IPS~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    7. Silabus SBK~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    8. Silabus PJOK~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    9. Silabus Muatan Lokal B. Inggris~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    10. Silabus Muatan Lokal B. Inramayu~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |   
    • RPP SD/MI Berkartakter
    1. RPP PAI~> |  Kls -I |Kls II | Kls-III |Kls-IV | Kls-V |Kls-VI |
    2. RPP PKn~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    3. RPP Bahasa Indonesia~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    4. RPP Matematika~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    5. RPP IPA~> | Kls-IV | Kls-V |  Kls-VI |
    6. RPP IPS~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    7. RPP SBK~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    8. RPP PJOK~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    9. RPP Muatan Lokal B. Inggris~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI |
    10. RPP Muatan Lokal B. Inramayu~> | Kls-IV | Kls-V | Kls-VI | 

    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

    Rabu, September 30, 2009

    Kajian Teoritis Prestasi Belajar

    1. Definisi Belajar

    Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.

    Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:


    • Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce);
    • Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi : …..acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua : ..process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus;
    • Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism's behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut. Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme;
    • Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an organisme's behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman;
    • Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni :
    · Relatively permanent, yang secara umum menetap;

    · Respons Potentiality, kemampuan bereaksi;
    · Reinforce, penguatan; dan
    · Practise, praktik atau latihan.


    • Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tigkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

    Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

    Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses "validasi" atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.

    Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku belajar.

    Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), beliau mengutip pendapat beberapa pakar dalam menjabarkan pengertian belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:


    • W.S. Winkel (1991: 36) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran. Menurutnya, pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas".
    • S. Nasution MA (1982: 68) mendefinisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.
    • Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990: 29) dalam buku: Pengantar Psikologi Pendidikan, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.
    • Supartinah Pakasi (1981: 41) dalam buku: "Anak dan Perkembangannya," mengatakan pendapatnya antara lain: 1) Belajar merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti mengalami; 3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar berarti suatu aktivitas yang bertujuan; 5) Belajar memerlukan motivasi; 6) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak; 7) Belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8) Belajar bersifat integratif."

    Dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku inividu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil pengalaman. Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan (maturation), keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.

    Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor.

    Istilah menetap (permanent) dalam definisi ini mensyaratkan bahwa segala perubahan yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat dari belajar. Demikian pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara belajar dengan segala tingkah laku yang merupakan hasil dari proses kematangan (maturation) fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-kemampuan yang disebabkan oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat disebut sebagai hasil dari belajar.

    Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar menurut Muhibbin Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008) adalah "taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu".

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru".

    Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.

    Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.

    2. Jenis dan indikator prestasi belajar

    Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being).

    Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).

    Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.

    Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).

    Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa: "kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur".

    Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.

    Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151).

    Tabel 1
    Jenis dan Indikator Prestasi Belajar
    No
    Jenis Prestasi Belajar
    Indikator Prestasi Belajar
    1
    Ranah Cipta (Kognitif)
    a. Pengamatan
    b. Ingatan
    c. Pemahaman
    d. Penerapan
    e. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
    f. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)
    · Dapat menunjukkan
    · Dapat membandingkan
    · Dapat menghubungkan
    · Dapat menyebutkan
    · Dapat menunjukkan kembali
    · Dapat menjelaskan
    · Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
    · Dapat memberikan contoh
    · Dapat menggunakan secara tepat
    · Dapat menguraikan
    · Dapat mengklasifikasikan/ memilah-milah
    · Dapat menghubungkan
    · Dapat menyimpulkan
    · Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
    2
    Ranah Rasa (Afektif)
    a. Penerimaan
    b.Sambutan
    c. Apresiasi (sikap menghargai)
    d.Internalisasi (pendalaman)
    e. Karaktirasasi
    · Mengingkari
    · Melembagakan atau meniadakan
    · Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari)
    3
    Ranah Karsa (Psikomotor))
    a. Keterampilan bergerak dan bertindak
    b. Kecakapan kespresi verbal dan nonverbal
    · Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya
    · Mengucapkan
    · Membuat mimik dan gerakan jasmani

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

    Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

    IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang. Ada"Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak dan Kurikulum Berbasis Komputensi di Sekolah Dasar" faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan Seminar Sehari tentang , diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain sebagai berikut: 1) pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul; 2) perkembangan dan pengukuran otak; dan 3) kecerdasan (intelegensi) emosional (http://ditptksd.go.id, 2008).

    Sementara itu, Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu: 1) faktor-faktor intern; dan 2) faktor-faktor ekstern.

    Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain: 1) kecerdasan/intelegensi; 2) bakat; 3) minat; 4) motivasi. Adapun faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan lingkungan keluarga; 2) keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan masyarakat (Sunarto, 2009).

    Kedua uraian pendapat tersebut di atas kurang merepresentasikan kesemua faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang. Masih banyak faktor-faktor lain yang belum tercover di dalamnya. Oleh karenanya, untuk melengkapi kedua pendapat tersebut, penulis sajikan pandangan Muhibbin Syah mengenai hal tersebut. Menurut beliau, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu :

    a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor internal antara lain adalah:

    1) Faktor fisiologis
    Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

    2) Faktor psikologis
    Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain:

    • Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question (IQ) seseorang
    • Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
    • Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
    • Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
    • Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yag akan datang.

    b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. 

    Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain yaitu :

    • Faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
    • Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di sekolah.
    • Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Muhibin Syah, 2008: 139).
    Supaya lebih mudah dalam memahami hubungan antara proses dan prestasi belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berikut ini penulis sajikan skema hubungan tersebut:

    Hubungan Proses Belajar dan Prestasi Belajar

    Gambar 1
    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Prestasi Belajar

    ------------------------------------------------------------------
    REFERENSI :
    1. Abu Muhammad Ibnu Abdullah. 2008. Prestasi Belajar, (Online) (http://spesialis-torch.com, diakses 22 Januari 2009).
    2. Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiah Populer. Visi7
    3. Ahmad Tafsir. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Maestro.
    4. http://ditptksd.go.id. 2008.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak, (Online) (http://ditptksd.go.id, diakses 2 Pebruari 2009)
    5. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. ke -14.## 
    download artikel pendidikan islam
    Download artikel ini !



    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

    Jumat, Januari 02, 2009

    VALENTINE'S DAY vs KASIH SAYANG ISLAM

    VALENTINE'S DAY atau hari kasih sayang adalah sebuah tradisi bagi kaum muda mudi yang biasa diperingati setiap tanggal 14 Februari di berbagai negara yang secara realitanya bukan hanya remaja dan ABG (Anak Baru Gede) saja, tapi mereka yang sudah berkeluarga pun ikut memeriahkannya dengan berbagai cara serta keunikan tersendiri dalam mengungkapkan sebuah arti kasih sayang.

    Dengan berlabelkan Cinta, Valentine's Days (baca VD) kian membudaya di Indonesia entah sejak kapan asal muasal VD datang dan dimeriahkan di negeri ini, yang jelas VD adalah sebuah prodak Eropa beberapa abad lalu yang kemudian diikuti oleh sebagian rakyat Indonesia.

    Banyak versi yang menerangkan asal muasal VD. Versi Pertama, VD adalah sebuah tanggal untuk mengenang tokoh Kristen bernama Santa Valentine yang tewas sebagai martir, ia hukum mati dengan cara dipukuli dan dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270 M oleh Kaisar Romawi yaitu Raja Cladius II (268-270). Versi Kedua, VD adalah sebuah tanggal untuk untuk menghormati Dewi Juno yang dikenal dengan Dewi perempuan dan perkawinan, adalah suatu kepercaayaan bangsa Romawi Kuno bahwa Dewi Juno adalah Ratu dari Dewa dan Dewi bangsa Romawi. Kemudian diikuti oleh hari sesudahnya yaitu tanggal 15 Februari sebagai Perayaan Lupercalia yakni sebuah upacara pensucian serta memohon perlindungan kepada Dewa Lupercalia dari gangguan Srigala dan ganguan-ganguan lainnya. Versi Ketiga, Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christian Observe It?" mengatakan bahwa kata "Valentine" adalah berasal dari kata Latin yang memiliki arti : "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa" yang ditujukan kepada Tuhan orang Romawi yaitu Nimrod dan Lupercus. Nah sekarang coba anda fikirkan apabila anda mengatakan "to be my Valentine" ini berarti anda memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa" sesuatu yang sangat berlebihan sekali.

    Apabila kita perhatikan beberapa versi di diatas, sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan hari kasih sayang, namun hanya sebagai penghormatan belaka. Apalagi di zaman sekarang dengan datangnya VD banyak orang yang memanfaatkannya dengan membuat produk-produk yang bernuansa Valentine, sebagai tanda kasih sayang yang dipersembahkan kepada sang kekasih, teman dan sebagainya, yang mengekor budaya barat dan tidak tahu asal muasalnya. Umumnya mereka saling mengucapkan "Selamat Hari Valentine", mengirim bunga dan kartu Valentine's Days, ada juga yang saling mencurahkan isi hati, bahkan menyatakan cinta dan kasih sayangnya yang mereka anggap "Inilah Hari Kasih Sayang".

    Rasulullah saw bersabda :  
    "Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (H.R. Tirmidzi)

    Kasih Sayang dalam Islam

     

    Firman Allah swt.: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (Q.S. al-Hujurat:13).
    Sebenarnya dalam Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan dimanapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Nabi Saw., bersabda : "Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (H.R. Bukhari).

    Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia.

    Rasulullah saw. bersabda :
    "Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari". (HR. Muslim)
    Disini jelas bahwa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang mesti dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan.

    Dalam hadits Nabi saw.:
    "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin). HR. Muslim. 

    Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Nabi bersabda : "Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang", jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat-niat jelek.
    Dengan datangnya Valentine's Day dikhawatirkan bagi kaum muda-mudi yang tidak mengerti akan mampu terjerumus dalam hal-hal negatif dengan mentafsirkan kasih sayang di hari yang special ini.

    Firman Allah SWT.:
    "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. al-Israa':32).

    yakni perbuatan yang dilarang oleh agama baik secara terang-terangan maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu kita mesti sadar apa arti yang sesungguhnya sebuah kasih sayang.
    Selain itu pula dijelaskan dalam perkara mencintai seseorang tidaklah boleh untuk berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka, sebagai etika untuk seorang muslim Rasulullah saw. bersabda : "Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu." (H.R. Turmidzi) dan masih banyak lagi diantara hadits Nabi saw. yang menerangkan tentang kasih sayang yang membawa kebaikan bagi umat manusia. Dengan demikian marilah kita mencontoh budi pekerti Nabi besar Muhammad saw., yang berdasarkan al-Qur'an dan Hadits sebagai jalan untuk kebaikan untuk di dunia dan hari kemudian.

    Sumber :
    Marsudi Fitro Wibowo, (2004). Valentine's Day versus Kasih Sayang dalam Islam [on line]. http://media.isnet.org/

    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

    No VALENTINE'S DAY

    valentine's day
    Hari Valentine (St. Valentine's Day) atau biasa disebut sebagai hari kasih sayang jatuh pada tanggal 14 Febuari. Hari tersebut sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika. Pada hari itu terutama kaum remaja merayakan dengan hura-hura. Mereka datang ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat, dan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat lainnya. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dikerjakan oleh pasangan suami-istri juga mereka lakukan. (Naudzubillah min dzalik)

    Bagaimana di Indonesia? Tampaknya tidak jauh berbeda dengan remaja-remaja luar negeri sana. Mereka yang notabenenya muslim-muslimah, menjiplak habis-habisan perilaku permisif dan serba halal yang dilakukan oleh orang barat. Hal ini, tentu saja sangat memprihatinkan karena kalau dilihat dari latar belakang sejarah perayaan Valentine bukan bersal dari ajaran Islam. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Akan tetapi perayaan Valentine selalu dibarengi dengan kegiatan-kegiatan yang mubazir, berbau jahiliah dan cenderung kepada kemaksiatan.

    Secara etimologis Valentine berasal dari kata Valentinus yang artinya adalah suatu kartu ucapan selamat yang dikirimkan kepada orang-orang yang disayangi, baik yang benar-benar disayangi atau pura-pura disayangi.

    Berdasarkan yang dikutip dari Webster's New 20th Century Dictionary perayaan Valentine berasal dari perayaan Lupercali. Yaitu upacara ritual yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno setiap tanggal 15 Februari sebagai penghormatan kepada Lupercus dewa padang rumput yang dideskripsikan mempunyai tanduk, kaki, dan telinga seperti kambing. Pada perayaan itu nama-nama wanita dimasukkan kedalam jambangan bunga. Setiap pria yang hadir mengambil secarik kertas. Wanita yang namanya tertera dalam kertas itu menjadi teman kencannya semalam suntuk.

    Kemudian pada tahun 469 pihak gereja yakni Paus Celecius merubah menjadi tanggal 14 Februari untuk mengenang kematian seorang pendeta yang bernama Saint Valentine yang tewas sebagai martir pada abad III (martir adalah istilah yang dipakai untuk orang-orang yang mati mempertahankan prinsip-prinsipnya) dan menetapkan menjadi Saint Valentine's Day. Pastor Valentine ditangkap dan dipenjara karena menentang kebijakan kaisar Romawi (Cladius II) yang melarang pemuda-pemudi untuk menikah. Sang kaisar menginginkan pemuda-pemuda yang lajang untuk menjadi tentara dan pergi berperang. Tetapi sang pastor malah dengan diam-diam menikahkan sepasang muda-mudi. Hal ini diketahui oleh sang kaisar. Bukan main marahnya sang kaisar, akibatnya sang pastor mengakhiri hidupnya dengan tanpa kepala (dipancung) pada tanggal 14 Februari 269.

    Ketika pastor Valentine dipenjara, banyak surat-surat simpati dari para pemuda yang sedang kasmaran yang ditujukan kepadanya. Melalui surat itulah mereka mengungkapkan perasaan sayangnya kepada kekasihnya dan berharap mereka bila menikah.

    Sebenarnya kalau kita menyadari apa yang sebenaranya terjadi dibalik perayaan Valentine tentulah kita tidak akan berminta. Allah telah berfirman dalam Al Baqoroh: 120:

    "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." ( QS. Al- Baqaroh: 120)

    Jelas sudah bahwa mereka senantiasa benci kepada kita kecuali kita berpartisipasi pada acara ritual mereka, model pakaian dan pola pikir yang mereka miliki. Dan perayaan Valentine adalah salah satu sarana mereka untuk memurtadkan kita tanpa kita sadari. Dan media massa seperti koran, tabloid, televisi, radio, majalah dan lain-lain, adalah sarana yang sangat efektif untuk kampanye program-program mereka. Jika terlibat didalamnya kita akan dijerumuskan kedalam kemaksiatan tanpa kita sadari.

    Valentine adalah kegiatan ritual yang bukan berasal dari Islam. Dalam pemahaman Islam, kegiatan ritual yang bukan berdasarkan syariat Islam dan tidak dicontohkan Rasulullah SAW seperti halnya Natal, Tahun baru Masehi, Imlek dan sebagainya maka harus kita sikapi seperti Rasulullah mensikapi tawaran kaum Quraisy untuk sama-sama melaksanakan ibadah secara Islam dan ibadah jahiliah secara bergantian. 

    Tawaran tersebut dijawab oleh Allah dengan firmannya:
    "Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku". (QS. Al Kaafirun: 6)

    Dalam masalah aqidah dan ibadah, Islam mengajarkan kita untuk bersikap tegas. Dengan begitu kemuliaan Islam dan umatnya akan terjaga. Dinul Islam sarat dengan nilai kasih sayang. Bahkan tegaknya Dinul Islam atas dasar kasih sayang. Coba simak firman Allah SWT berikut:

    "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath:29)

    Sejalan dengan itu Rasulullah juga pernah menyampaikan:
    "Belum sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri".

    Kasih sayang dalam Islam bersifat Universal. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, ia juga tidak dibatasi oleh objek dan motif. Kasih sayang diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturahmi, menjenguk yang sakit, meringankan beban tetangga yang sedang ditinpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran (amar ma'ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar.

    Sudah saatnya pemuda Islam sadar dari keterpurukan dan bangkit menyongsong masa depan yang sudah berada di tangan Islam. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita, lalu siapa lagi.

    Sumber:
    Kusnadi_Dinata, (1998). Valentine's Day Dalam Pandangan Islam [online] http://media.isnet.org/

    Areefah
    Areefah Haurgeulis Updated at:

     
    back to top