-->
Doa Pagi dan Petang (dibaca 3 kali)
اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ سِمْعِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ لَااِلهَ الِاَّ اَنْتَ
"Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada badanku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada pendengaranku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada penglihatanku, tiada Ilaah yang layak untuk diibadahi kecuali Engkau".
(Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 4/324 dan Ahmad: 5/42)

Minggu, Desember 13, 2015

Ilmuwan Muslim: IBNU NAFIS


ibn NafisIbnu an-Nafis (lahir di Damaskus (kini wilayah Suriah) tahun 1210 – meninggal di Kairo (kini wilayah Mesir), 17 Desember 1288 pada umur 77/78 tahun) .

Beliau merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia (pada 1242). Penggambaran kontemporer proses ini telah bertahan. 

Beliau merupakan orang pertama yang diketahui telah mendokumentasikan sirkuit paru-paru. 

Beliau adalah orang yang pertama mengemukakan teori pembuluh darah kapiler. Secara besar-besaran karyanya tak tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924.
(sumber: wikipedia Indonesia)

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Ilmuwan Muslim: AL-JAZARI

Peradaban Islam di masa keemasan sudah menguasai teknologi yang benar-benar tinggi. Pada era abad ke-13 M, dunia Islam telah menggenggam teknologi robot. Insinyur Muslim di zaman kekhilafahan sudah mampu menciptakan robot menyerupai manusia. pencapaian itu mematahkan klaim Barat yang sering menyebutkan Leonardo da Vinci sebagai ilmuan perintis teknologi robot.

al-Jazari
Al-Jazari
Bapak Robot
Da Vinci baru menciptakan pembuatan robot pada 1478, itu juga baru berupa design di atas kertas. Sedang insinyur Muslim yang benar-benar brilian, al-Jazari yang bernama lengkap al-Syaykh Ra'is al-Amal al-Jazari, telah sukses membuat design berwujud robot pada awal abad ke-13 M.

Atas hal tersebut, dunia sains modern saat ini menjulukinya sebagai 'Bapak Robot". hal ini menjadikan Peradaban Islam lebih maju tiga era dalam teknologi robot di banding Barat.

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Sabtu, Desember 12, 2015

Ilmuwan Muslim: IBNU HAYTHAM

Ibnu Haytham atau al-Hazen, begitu orang Barat menyebutnya, dunia memberinya gelar kehormatan sebagai Bapak Optik. Beranama lengkap Abu Ali Muhammad Ibnu al-Hasan Ibnu al-Haytham. Ia merupakan sarjana Muslim terkemuka yang lahir di Basrah, irak 965 M.

Ibn al-Haytham
Ibn al-Haytham
Bapak Optik Dunia
Penelitiannya tentang cahaya memberikan ilham bagi ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler yang menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah menulis tak kurang dari 200 judul buku.

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Rekap C1 Pilkada 2015 di Kec. Haurgeulis Indramayu

Dengan niatan "sekedar ingin tahu" bagaimana kekuatan DUA PASLON BUPATI-WAKIL BUPATI Kabupaten Indramayu di sepuluh desa dalam wilayah Kecamatan Haurgeulis, maka berikut ini hasil upaya Areefah Haurgeulis merekap scan C1 KPU (pilkada2015.kpu.go.id) untuk 10 desa tersebut, yakni: Desa Cipancuh, Desa Haurgeulis, Desa Haurkolot, Desa Karangtumaritis, Desa Kertanegara, Desa Mekarjati, Desa Sidadadi, Desa Sumbermulya, Desa Sukajati, dan Desa Wanakaya.

Rekap Scan C1 KPU Desa Cipancuh
Cipancuh

Rekap Scan C1 KPU Desa Haurgeulis
 Haurgeulis

Rekap Scan C1 KPU Desa Haurkolot 
Haurkolot

Rekap Scan C1 KPU Desa Karangtumaritis
Karangtumaritis

Rekap Scan C1 KPU Desa Kertanegara
Kertanegara

Rekap Scan C1 KPU Desa Mekarjati
Mekarjati"

Rekap Scan C1 KPU Desa Sidadadi
Sidadadi"

Rekap Scan C1 KPU Desa Sumbermulya
Sumbermulya

Rekap Scan C1 KPU Desa Sukajati 
Sukajati

Rekap Scan C1 KPU Desa Wanakaya 
Wanakaya

Demikian semoga ada guna dan manfaat...!!!


Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Rabu, Desember 02, 2015

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 1.        Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pada tahun 1986 dalam usaha untuk mempersempit jurang pemisah antara
penelitian dan pengajaran, Praticia Cross mengajukan sebuah cara sistematis
untuk pengajaran yang dilakukan dalam kegiatan penelitian kelas. Menurut
Cross penelitian kelas merupakan sebuah cara untuk mengurangi jarak antara peneliti dan praktisi, karena mengangkat persoalan persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Hasil penelitian dapat secara langsung dimanfaatkan untuk kepentingan kualitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas (Sukayati, 2008: 6-7).
Penelitian tindakan kelas (PTK), yang dalam istilah bahasa Inggeris dikenal dengan classroom action research, menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Adapun menurut Kasihani dalam Sukayati (2008: 80), PTK adalah
penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya
tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas
permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Dengan pengertian ini, dapat dipahami bahwa sesungguhnya PTK itu berkaitan dengan upaya-upaya penyelesaian segala permasalahan yang muncul dalam praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru.
2.         Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan penelitian-penelitian lainnya. Menurut Sukayati (2008: 10-11) diantara karakteristik PTK adalah sebagai berikut:
  • .     PTK mengangkat problem atau permasalahan-permasalahan nyata dalam praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jadi PTK akan dapat dilaksanakan bila guru sejak awal memang tahu dan mau menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelasnya. Selanjutnya berdasar persoalan-persoalan tersebut, guru mencari pemecahan masalahnya secara profesional melalui PTK.
  •   Pada PTK dilakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Tindakan tindakan yang diambil harus direncanakan secara cermat, dan karena adanya tindakan-tindakan maka penelitian ini disebut PTK. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan merupakan fokus dari PTK dan juga merupakan tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru. Tindakan-tindakan alternatif ini harus diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi agar dapat diketahui bahwa tindakan tersebut memang dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran yang sedang dialami oleh guru.
  •      PTK dapat dilakukan secara bersama-sama dalam suatu tim, misal antara guru dengan tenaga kependidikan yang lain. Dalam hal ini guru bukan satu satunya orang yang meneliti, tetapi masih ada orang lain yang terlibat dan berkedudukan sama. Tim tersebut yang merencanakan, melaksanakan, dan membahas hasil penelitian secara bersama-sama.
  •     PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak hanya berupaya untuk memecahkan masalah, akan tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
     PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis serta membuat catatan.
3.         Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Agar diperoleh informasi atau kejelasan yang lebih tentang penelitian tindakan kelas, perlu kiranya dipahami beberapa prinsip yang mendasari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar PTK, kiranya penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Adapun beberapa prinsip yang mendasari PTK diantaranya adalah sebagai berikut, yaitu:
  •     PTK tidak boleh mengganggu tugas utama dari guru yaitu mengajar. Jadi bila seorang guru sedang melakukan PTK, maka ia sebenarnya sedang berusaha mengembangkan perannya sebagai guru yang profesional, karena salah satu ciri guru yang profesional adalah dapat mengajar dengan efektif sambil melakukan penelitian.
  •      Pada saat kegiatan pengumpulan data dalam PTK, tidak disarankan menggunakan waktu yang terlalu lama. Agar hal ini terlaksana maka peneliti harus sudah merasa pasti dalam memilih teknik yang tepat, termasuk pengumpulan data awal sebelum kegiatan PTK dimulai.
  •      Metodologi yang digunakan dalam PTK harus tepat dan terpercaya. Bila metodologinya tepat akan memberi peluang bagi guru untuk memformulasikan hipotesis tindakan dan mengembangan strategi yang dapat diterapkan di kelasnya. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK.
  •  .    Masalah yang diangkat dalam PTK harus merupakan masalah yang memang ada, faktual, menarik, dan layak untuk diteliti. PTK sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sederhana dan nyata. Dengan demikian siklus dimulai dengan yang kecil sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi menjadi lebih jelas.
  • .     PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan jalan melakukan perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan-tindakan. Kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting bila akan melakukan perbaikan.
  •     TK merupakan proses sistematik yang memerlukan kemampuan dan keterampilan intelektual. Pada saat proses penelitian, maka peneliti dituntut berpikir kritis yaitu mulai menentukan masalah, perencanaan tindakan baik yang bersifat teoritik maupun praktis, kemudian dijabarkan dalam tindakan tindakan.
  •     PTK menuntut guru untuk membuat catatan-catatan pribadi tentang semua kemajuan atau perubahan siswa, permasalahan-permasalahan yang dialami, dan refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan tindakan-tindakan dalam penelitian.
  • .     Dalam PTK guru dapat melihat dan menilai diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukan di kelasnya. Dengan melihat unjuk kerjanya, kemudian direfleksi dan diperbaiki, guru akan lebih terampil dalam melaksanakan profesinya (Sukayati, 2008: 11-12).
4.         Obyek Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 25-26) setidaknya ada 7 (tujuh) sasaran atau obyek yang menjadi pokok pembicaraan penelitian tindakan kelas, yaitu:

  •      Siswa, dapat dicermati ketika siswa yang bersangkutan sedang asik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium/ bengkel, maupun ketika sedang asik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika sedang mengikuti bakti di luar sekolah. 
  •      Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarma-wisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunnjungan ke rumah siswa.
  •      Materi pelajaran, dapat dicermati dalam Kurikulum, dan yang sudah dikembangkan dalam bentuk Program Tahunan, Program Semesteran, dan Analisis Mata Pelajaran. Lebih lanjut dapat dilihat dari materi yang tertulis dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan terutama ketika materi tersebut disajikan kepada siswa, meliputi pengorganisasian, urutannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya.
  •      Peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baiak yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium.
  •      Hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.
  •      Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan campur tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan pembahasan.
  •     Pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan, sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Hal yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, pengontrolan peralatan secara rutin menggunakan model regu yang dipantau oleh ketua regu, dan sebagainya.
5.         Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukayati (2008: 23), setidaknya saat ini ada 2 model PTK yang  dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu: (1) Cohen dan Manion, Taba dan Noel; dan Winter; (2) Kemmis dan Mc Taggart.
Berikut ini disajikan dua model PTK tersebut berikut langkah-langkahnya (disarikan dari Sukayati: 2008: 14-18), yaitu sebagai berikut:
a.    Model Cohen dkk
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Cohen dkk adalah sebagai berikut:
1)        Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan
kritis yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran seharihari, antara lain meliputi ruang lingkup masalah, identifikasi masalah danperumusan masalah.
a)        Ruang lingkup masalah
Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan
kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam
pembelajaran berkaitan dengan:
(1)     metode/strategi pembelajaran;
(2)     media pembelajaran.
b)        Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama
proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian.
Ada beberapa kriteria dalam menentukan masalah yaitu:
(1)     masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas dan sekolah;
(2)     masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan;
(3)     pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini
dari pada berdasarkan fenomena dangkal.
c)        Perumusan masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi
tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam
merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat
digunakan sebagai acuan, beberapa petunjuk tersebut antara lain:
(1)     masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan
dalam kalimat tanya;
(2)     rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang
akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
(3)     rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya
dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2)        Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat memberikan penekanan tindakan.
3)        Merumuskan hipotesis tindakan
Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK.

4)        Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai
berikut:
a)        apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan
masalah yang telah dirumuskan;
b)        alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data;
c)        rencana pencatatan data dan pengolahannya;
d)        rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.
5)        Pelaksanaan tindakan dan pencatatan
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan memerlukan perubahan karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan tindakan), maka peneliti hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK. Pada saat pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan slide.
6)        Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan.
7)        Pelaporan hasil
8)        Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan
tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin
terjadi.
b.    Model Kemmis dan Mc Taggart
Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Dalam pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi. Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1)        Refleksi awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
2)        Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari
bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai
dengan kondisi nyata yang ada.
3)        Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan
berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam
PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4)        Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan melalui teknik observasi.
5)        Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan
tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai
suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan
permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu
siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah
pada umumnya berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang
berulang.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat
digambarkan dengan diagram alur berikut ini:
alur-ptk
Gambar 1. Diagram Alur PTK Model Kemmis dan Mc Taggart 

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

 
back to top