-->
Doa Pagi dan Petang (dibaca 3 kali)
اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ سِمْعِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ لَااِلهَ الِاَّ اَنْتَ
"Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada badanku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada pendengaranku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada penglihatanku, tiada Ilaah yang layak untuk diibadahi kecuali Engkau".
(Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 4/324 dan Ahmad: 5/42)

Sabtu, Juli 02, 2011

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK [ 2 / 4 Tulisan ]

(Bagian 2 dari 4 Tulisan)
...::|2|::... Taubat

Pendidikan akhlak tentang taubat ini terdapat dalam surat al-Hujuraat ayat 12, yaitu sebagai berikut:

"….dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". (QS. Al-Hujuraat, 49: 11)

Taubat berarti penyesalan atau menyesal karena telah melakukan suatu kesalahan dengan jalan berjanji sepenuh hati tidak akan lagi melakukan dosa atau kesalahan yang sama dan kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Taubat adalah awal atau permulaan di dalam hidup seseorang yang telah memantapkan diri untuk berjalan di jalan Allah (suluk). Taubat merupakan akar, modal, atau pokok pangkal bagi orang-orang yang berhasil meraih kemenangan (kesuksesan). (Imam Ghazali, 2006: 9)

Seseorang yang telah berbuat dosa atau kesalahan, maka sudah menjadi kewajiban baginya agar segera kembali (taubat) kepada Allah SWT, sehingga ia tidak bergelimang secara terus menerus dalam jurang kemaksiatan, yang akan membuatnya semakin jauh dari rahmat Allah SWT. Dengan kembali kepada Allah SWT diharapkan ia menjadi orang yang semakin dekat dengan Sang Khaliq.

Taubat itu merupakan kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk direalisasikan. Untuk mengetahui apakah seseorang itu telah benar-benar bertaubat atau banar-benar belum bertaubat, dapat dilihat dari ucapan, sikap, dan tingkah laku orang tersebut setelah dirinya menyatakan bertaubat. Jika ia benar-benar bertaubat maka harus ada perubahan dalam hal-hal tersebut menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

"Sesungguhnya taubat di sisi Allah h
nyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. An-Nisaa', 4: 17)

Allah SWT memerintahkan hamba-hamba -Nya untuk bertaubat, Allah SWT pun sangat mencintai orang-orang yang mau bertaubat, dan Allah SWT berjanji kepada hamba-hamba -Nya bahwa taubat mereka akan diterima serta akan mengampuni segala dosa-dosa mereka yang telah lalu. Allah SWT berfirman:

"dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung". (QS. An-Nuur, 24: 31)

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri".(QS. Al-Baqarah, 2: 222)

"Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(QS. Al-Maa'idah, 5: 39)

"dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Asy-Syuura, 42: 25)

Taubat yang hakiki (Taubat Nasuha) bukan hanya dengan ucapan lisan saja, yakni dengan mengucapkan lafadz "Astaghfirullah al-'Adhiim", tetapi juga harus diiringi dengan penyesalan dalam hati, dan diiringi dengan meninggalkan perbuatan dosa yang telah dilakukan secara konsisten dalam keseharian.

Para ulama mengemukakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang mau bertaubat, agar taubatnya benar-benar sempurna, sehingga dapat diterima oleh Allah SWT, persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

  • An-Nadam bi al-Qalb, yakni menyesali dalam hati segala perbuatan dosa yang telah dilakukan;
  • Al-Iqla' 'an adz-Dzunuub, yakni meninggalkan perbuatan dosa yang telah dilakukan; dan 
  • Al-'Azm 'ala an Laa Ya'uud ila adz-Dzunuub maa 'Aasya, yakni bertekad untuk tidak kembali melakukan perbuatan dosa yang telah dilakukan secara konsisten sepanjang hayat. (Abdullah bin 'Alawi al-Haddaad al-Hadhrami asy-Syafi'i, 1992: 324)
Orang-orang yang melakukan taubat dengan sungguh-sungguh, kemudian Allah SWT menerima taubatnya maka orang tersebut diibaratkan seperti orang yang tidak berdosa. Rasululah Saw bersabda :

أَلتَّائِبُ مِنَ الذُّنُوْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

Artinya:
"Orang yang bertaubat dari segala dosa laksana orang yang tidak mempunyai dosa". (Abdullah bin 'Alawi al-Haddaad al-Hadhrami asy-Syafi'i, 1992: 323)

Setiap orang Islam harus senantiasa menjaga diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan dosa, karena dengan melakukan perbuatan dosa berarti akan membuka pintu-pintu kehancuran yang akan menimpanya baik di kehidupan dunia lebih-lebih di kehidupan akhirat. Adapun apabila ia terjerumus dalam lembah kenistaan dosa, maka ketika ia menyadarinya, hendaklah bersegera untuk bertaubat kepada Allah SWT, dengan berjanji dalam diri untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut, kemudian meninggalkan perbuatan dosa itu sama sekali, dan dengan sepenuh hati membenci perbuatan dosa yang baru saja ia lakukan.

Dan seyogyanya pula setiap muslim untuk senantiasa bertaubat dan memperbaharui taubatnya setiap saat dan setiap waktu, hal ini dikarenakan dosa itu beragam bentuk dan macamnya, ada dosa kecil dan dosa besar, ada dosa yang tersembunyi dan dosa yang nyata, ada dosa yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan dosa yang dilakukan tanpa disadari, dan lain-lainnya.##

Baca bag. [1] [2] [3] [4]

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Mari jadi yang pertama untuk berkomentar di posting ini!

 
back to top