-->
Doa Pagi dan Petang (dibaca 3 kali)
اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ سِمْعِيْ اللهم عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ لَااِلهَ الِاَّ اَنْتَ
"Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada badanku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada pendengaranku; Ya Allah anugerahkanlah kesehatan pada penglihatanku, tiada Ilaah yang layak untuk diibadahi kecuali Engkau".
(Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 4/324 dan Ahmad: 5/42)

Sabtu, Juli 02, 2011

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK [ 3 / 4 Tulisan ]

(Bagian 3 dari 4 Tulisan)
...::|3|::... Takwa

Pendidikan akhlak tentang takwa terdapat dalam surat al-Hujuraat ayat 12, yaitu tersurat dalam kalimat sebagai berikut:

"……….. dan bertakwalah kepada Allah………….". (QS. Al-Hujuraat, 49: 12)

Kalimat yang pendek dan singkat tersebut ( واتقوا الله ) adalah bentuk kalimat perintah yang mengandung makna yang mendalam lagi sangat luas, yakni perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dalam segala kondisi dan situasi, baik ketika sehat maupun sakit, ketika sendiri atau pun di tengah orang-orang banyak, di desa atau pun di kota. 

Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمُا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ (رواه الترمذى)

Artinya:
Dari Abu Dzar r.a., ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Bertakwalah kepada Allah SWT di mana pun engkau berada (bagaimanapun kondisi dan situasi) dan iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya (pahala) kebaikan akan menghapuskan (dosa) keburukan, dan bergaullah dengan sesama manusia dengan budi pekerti yang baik". (HR. Tirmidzi)

Perintah bertakwa tersebut juga berarti menuntut manusia untuk melaksanakan segala bentuk perintah-perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-larangan -Nya sebagaimana yang telah contohkan dan disampaikan oleh Rasulullah Saw melalui para penerus perjuangannya hingga sampai kepada kita. Konsekwensi sikap dan perilaku menjalankan segala perintah yang harus diiringi dengan sikap dan perilaku meninggalkan semua larangan ini senada dengan definisi takwa berikut ini:

قَالَ الْعُلَمَاءُ رِضْوَنُ اللهِ عَلَيْهِمْ : أَلتَّقْوَى عَبَارَةٌ عَنْ إِمْتِثَالِ أَوَامِرِ اللهِ تَعَالى وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا مَعَ اسْتِشْعَارِ التَّعْظِيْمِ لِلّهِ وَالْهَيْبَةِ وَالْخَشْيَةِ وَالرّهْبَةِ مِنَ اللهِ

Artinya:
Para Ulama r.a. mendefinisikan takwa sebagai berikut: "Takwa adalah sebuah ungkapan tentang sikap dan perilaku melaksanakan/mentaati segala perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangan -Nya secara dhahir dan bathin dengan diiringi perasaan ta'dhim (sikap dan perilaku mengagungkan Allah SWT), hormat, dan takut kepada -Nya".
(Abdullah bin 'Alawi al-Haddaad al-Hadhrami asy-Syafi'i, 1992: 12)

Ibnu Katsir, menafsirkan kalimat واتقوا الله sebagai berikut: yakni (maksudnya bertakwa kepada Allah SWT) dalam hal-hal yang diperintahkan Allah kepadamu dan dalam hal-hal yang dilarang -Nya, dan hendaklah kalian mendekatkan diri kepada Allah dalam hal takwa dan takut kepada -Nya SWT. (Isma'il bin Katsir al-Qurasyiyyi ad-Dimisqiy, 1994: 276)

Adapun konsekuensi dari ungkapan takwa secara lebih rinci adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Sa'id Hawa, yaitu bahwa sikap dan perilaku orang yang bertakwa kepada Allah SWT (al-Muttaqi) tercermin dalam hal-hal sebagai berikut:


  • Beriman kepada hal-hal yang ghaib, mendirikan shalat, gemar berinfak, mengikuti tuntunan dan ajaran al-Qur'an. (QS. al-Baqarah, 2: 3);
  • Beriman kepada: Allah SWT, hari akhir, malaikat-malaikat Allah SWT, kitab-kitab Allah SWT, nabi-nabi Allah SWT; memberikan harta yang disukai kepada: kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, peminta/pengemis, dan untuk memerdekakan budak; mendirikan shalat dan membayar zakat; menepati janji; sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. (QS. al-Baqarah, 2; 177);
  • Selalu memohon ampun (istighfar) kepada Allah dari segala dosa, dan memohon kepada -Nya untuk dijauhkan dari siksa neraka (QS. Ali Imran, 3: 16);
  • Senantiasa berinfak baik ketika lapang ataupun sempit, mampu menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, apabila berbuat keji (faahisyah) atau menganiaya diri sendiri ingat kepada Allah dan bersegera memohon ampun kepada -Nya. (QS. ali-Imran, 3: 134-135);
  • Takut akan siksa dari Allah dan takut akan tibanya hari kiamat. (QS. al-Anbiyaa', 21: 49); dan
  • Senantiasa berbuat baik, sedikit tidur di waktu malam (untuk shalat malam), memohon ampun kepada Allah di akhir-akhir malam, memberikan hak orang-orang miskin yang meminta-minta dan orang-orang miskin yang tidak meminta-minta dari hartanya. (QS. adz-Dzaariyat, 51: 17-19) (Sa'id Hawa, 1979: 264-311)##
Baca bag. [1] [2] [3] [4]

Areefah
Areefah Haurgeulis Updated at:

Mari jadi yang pertama untuk berkomentar di posting ini!

 
back to top